|
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu tujuan
Pembangunan Nasional adalah pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas agar mereka dapat melanjutkan perjuangan pembangunan nasional untuk
menuju masyarakat, adil dan makmur, kualitas SDM diukur dari kecerdasan,
kematangan emosi, kemampuan berkomunikasi, serta keimanan dan ketakwaan
terhadap tuhan yang maha esa (Roesli utami, 2008).
|
Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO) di
seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian
bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa pertahun (Manuaba, 1998). Data
terakhir dari BPS adalah sebesar 262 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun
2005. Sedangkan Laporan Pembangunan Manusia tahun 2000 menyebutkan angka
kematian ibu di Malaysia jauh di bawah Indonesia yaitu 41 per 100 ribu
kelahiran hidup, Singapura 6 per 100 ribu kelahiran hidup, Thailand 44 per 100
ribu kelahiran hidup, dan Filiphina 170 per 100 ribu kelahiran hidup. Padahal,
tahun 2000 angka kematian ibu masih berkisar di angka 307 per 100 ribu
kelahiran hidup. Bahkan Indonesia kalah dibandingkan Vietnam, Negara yang belum
lama merdeka, yang memiliki angka kematian ibu 160 per 100 ribu kelahiran hidup
(Andra, 2007).
Salah
satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masih rendahnya
cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan
target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2011. Perbandingan dengan hasil
survei SDKI bahwa persalinan yang
ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI
2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila
dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand di
mana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai
90% (SDKI, 2007).
Sedikitnya 18.000 ibu
meninggal setiap tahun di Indonesia karena kehamilan atau persalinan. Hal itu
berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal karena kehamilan atau
persalinan. Akibatnya, setiap tahun 36.000 balita menjadi anak yatim. Tingginya
angka kematian ibu itu menempatkan Indonesia pada urutan teratas di Assocition South East Asia Nation (ASEAN)
dalam hal tersebut. Survei Kesehatan Rumah Tangga 2007 menyebutkan angka
kematian ibu di Indonesia 143 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah itu meningkat
dibandingkan dengan hasil survei 2006, yaitu 133 per 100.000 kelahiran hidup
(Siswono, 2003).
Sedangkan menurut hasil Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI), angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2002-2003 sebesar
307 per 1000 kelahiran hidup, Kemudian menjadi 248 per 1000 kelahiran hidup.
Hal ini menunjukkan AKI cenderung terus menerus menurun tetapi bila
dibandingkan dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun
2015 yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup. Maka apabila penurunannya masih
seperti tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan target tersebut dimasa mendatang sulit
dicapai. (SDKI 2007).
Upaya menurunkan AKI pada dasarnya
mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”,
dimana salah satunya yaitu akses terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan yang
mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Pemeriksaan kehamilan yang baik dan
tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan angka
kematian ibu. Petugas kesehatan seyogyanya dapat mengidentifikasi faktor-faktor
risiko yang berhubungan dengan usia, paritas, riwayat kehamilan yang buruk, dan
perdarahan selama kehamilan. Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal nonteknis
yang masuk kategori penyebab mendasar, seperti taraf pengetahuan, sikap, dan
perilaku ibu hamil yang masih rendah, serta melewati pentingnya pemeriksaan
kehamilan dengan melihat angka kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4) yang masih
kurang dari standar acuan nasional (Prawirohardjo, 2002).
Dari studi pendahuluan berdasarkan
profil kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2011 didapatkan pencapaian
cakupan K4 sebesar 83 %, sedangkan targetnya 87 %, untuk Kota Makassar
pencapaian cakupan K4 sebesar 80 % dan targetnya sebesar 86 %, dan pencapaian
cakupan untuk Puskesmas Layang Kota Makassar
pada tahun 2011
pencapaian cakupan K4 sebesar 84 % dengan target K4 sebesar 90 %. Dengan demikian target untuk
cakupan K4 di Puskesmas Layang masih
belum tercapai (Dinkes Propinsi Sulsel, 2011).
Tetanus
neonatorum merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius disebagian besar
negara bekembang dimana cakupan pelayanan kesehatan antenatal dan imunisasi
tetanus toxoid kepada ibu hamil masih rendah. Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum dapat
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu : meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan antenatal dengan pemberian
imunisasi tetanus toxoid kepada wanita usia subur (WUS) termasuk kepada ibu
hamil (Depkes RI, 2012: Online).
Keberhasilan upaya antenatal care selain tergantung pada
petugas kesehatan juga perlu partisipasi ibu hamil itu sendiri. Oleh karena itu
perlu adanya penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu
tentang perawatan kehamilannya, dengan demikian diharapkan dengan memperbaiki pengetahuan
ibu khususnya ibu hamil terhadap
perawatan kehamilan sehingga akan dapat merubah sikap serta kepatuhan
melaksanakan antenatal care.
Bertolak dari uraian
tersebut di atas, dapat diketahui bahwa kurangnya pengetahuan dan informasi
serta pelayanan kesehatan yang memadai semakin memperburuk kondisi antenatal care. Berdasarkan kenyataan
ini, maka penulis tertarik mengadakan penelitian tentang Distribusi Kunjungan K1 dan Kunjungan K4 pada Ibu Hamil di
Puskesmas Layang Kota Makassar tahun 2011.
B. Rumusan Masalah
Dengan
memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana
distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil
berdasarkan umur ibu di Puskesmas Layang
tahun 2011 ?
2. Bagaimana distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada
ibu Hamil berdasarkan paritas ibu di Puskesmas Layang
tahun 2011 ?
3. Bagaimana distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada
ibu Hamil berdasarkan Pendidikan ibu di
Puskesmas Layang tahun 2011 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan
Umum
Adapun tujuan yang
ingin
dicapai yaitu untuk mengetahui distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil
di Puskesmas Layang tahun 2011.
2. Tujuan
Khusus
Adapun tujuan khusus
yang ingin dicapai, yaitu :
a. Diketahuinya
distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil
berdasarkan umur ibu di Puskesmas Layang
tahun 2011.
b. Diketahuinya distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada
ibu Hamil berdasarkan paritas di
Puskesmas Layang tahun 2011
c. Diketahuinya distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4
pada ibu Hamil berdasarkan pendidikan di
Puskesmas Layang tahun 2011
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi untuk menambah pengetahuan tentang
pentingnnya antenatal care bagi
masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak.
2. Bagi
Profesi Kebidanan.
Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM
tenaga kesehatan khususnya bidan dalam pelayanan antenatal care.
3. Bagi Institusi Kesehatan
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi
Dinas Kesehatan Kota
Makassar dan
Instansi terkait Lainnya dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kebidanan
pada ibu hamil.
4. Bagi Peneliti
Menambah wawasan ilmiah penulis dan memperoleh pengalaman
berharga dalam penelitian serta sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Kebidanan.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang
Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
a. Kehamilan adalah suatu
keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali
dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan
(Wikipedia, 2008)
b. Kehamilan
adalah sebuah perjalanan selama 9 bulan menuju ke status menjadi ibu. Kehamilan
menimbulkan perubahan emosi baik yang berlangung perlahan-lahan maupun
seketika. (Cony Marshall, 2000)
c. Kehamilan
merupakan proses alami yang normal. Masa ini merupakan salah satu fase dalam
kehidupan wanita pada masa reproduksi (Mary Noland, 2003).
d. Kehamilan
adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan
berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2002).
e.
|
Kehamilan membutuhkan
waktu 9 bulan kalender atau 40 minggu. Kehamilan dibagi menjadi tiga periode,
yaitu trimester I dari minggu ke-1 sampai 13, trimester II dari minggu ke-14
sampai 26, trimester III dari minggu ke-27 sampai 39-40 (akhir kehamilan)
(Salmah, 2006).
f. Sedangkan menurut Arif Mansjoer (2000) Kehamilan matur
(cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari
43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu di
sebut kehamilan premature, sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut
kehamilan postmatur. Menurut usia kehamilan, kehamilan dibagi menjadi:
a. Kehamilan
trimester pertama: 0-14 minggu
b. Kehamilan
trimester kedua: 14-28 minggu
c. Kehamilan
trimester ketiga: 28-42 minggu
Selama kehamilan ada beberapa hal
penting yang perlu di ketahui oleh ibu hamil maupun keluarganya, antara lain:
tanda-tanda kehamilan, tanda bahaya kehamilan, dan cara memelihara kehamilan (Depkes,
Unicef, 2000).
2. Tanda dan Gejala Kehamilan
Beberapa perubahan
fisiologis yang timbul selama masa hamil dikenal sebagai tanda kehamilan. Ada
tiga kategori yaitu: presumsi, yaitu perubahan yang dirasakan wanita (misalnya amenorea, keletihan, perubahan payudara,
morning sicknes, queckening); kemungkinan,
yaitu perubahan yang diobservasi oleh pemeriksa (misalnya, tanda hegar, ballottoment, tes kehamilan; dan pasti
(misalnya, ultrasonografi, bunyi denyut jantung janin) (Bobak, 2004).
Gejala kehamilan
tidak pasti (Arif Mansjoer, 2000) adalah
sebagai berikut:
a. Amenorea
(tidak mendapat haid).
Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir
untuk menentukan usia kehamilan dan taksiran partus. Rumus taksiran partus
menurut Naegele bila siklus haid ± 28 hari adalah: tanggal + 7, bulan – 3.
b. Nause (enek) dengan atau tanpa vomitus (muntah).
Sering terjadi pagi hari pada bulan-bulan pertama
kehamilan, disebut morning sicknes.
c. Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu).
d. Konstipasi/obstipasi.
Disebabkan penurunan peristaltik usus oleh hormone
steroid.
e. Sering
kencing.
Terjadi karena kandung kemih pada bulan-bulan pertama
kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan berkurang
perlahan-lahan, lalu timbul lagi pada akhir kehamilan.
f. Pingsan dan mudah lelah.
Pingsan sering dijumpai bila berada di tempat ramai pada
bulan-bulan pertama kehamilan, lalu hilang setelah kehamilan 18 minggu.
g. Anoreksia (tidak ada nafsu makan).
Tanda mungkin hamil (Arif Mansjoer,
2000) adalah sebagai berikut:
a. Pigmentasi
kulit.
Terjadi kira-kira minggu ke-12 atau lebih. Timbul di
pipi, hidung, dan dahi, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Terjadi karena
pengaruh hormon plasenta yang merangsang melanafor dan kulit.
b. Leukore.
Sekret serviks meningkat karena pengaruh peningkatan
hormon progesteron.
c. Epulis
(hipertrofi papila ginggiva).
Sering terjadi pada trimester pertama kehamilan.
d. Perubahan
payudara.
Payudara menjadi tegang dan membesar karena pengaruh
estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli payudara. Daerah
areola menjadi lebih hitam karena deposit pigmen berlebihan. Terdapat kolostrum
bila kehamilan lebih dari 12 minggu.
e. Pembesaran abdomen. Jelas terlihat setelah kehamilan 14 minggu.
f. Suhu basal meningkat terus antara 37,2-37,8°C.
g. Perubahan organ-organ dalam pelvik:
1) Tanda Chadwick:
vagina livid, terjadi kira-kira minggu ke-6.
2) Tanda Hegar:
segmen bawah uterus lembek pada perabaan.
3) Tanda Piscaseck:
uterus membesar ke salah satu jurusan.
4) Tanda Braxton-Hicks:
uterus berkontraksi bila dirangsang. Tanda ini khas untuk uterus pada masa
kehamilan.
Tanda pasti kehamilan (Arif Mansjoer, 2000) adalah sebagai
berikut:
a. Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta
gerak janin.
b. Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin (DJJ). Dengan
stetokop Laennec BJJ baru terdengar pada kehamilan 18-20 minggu. Dengan
alat Doppler BJJ terdengar pada kehamilan 12 minggu.
c. Dengan ultrasonografi (USG) atau scanning dapat dilihat
gambaran janin.
d. Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin. Tidak
dilakukan lagi sekarang karena dampak radiasi terhadap janin.
Tanda-tanda kehamilan menurut Wheeler (2004) adalah
sebagai berikut :
a. Tidak
datang haid
b. Pusing dan muntah pada pagi hari
c. Buah
dada membesar dan mulai memproduksi ASI
d. Daerah
di sekitar puting susu menjadi agak gelap
e. Perut
ibu mulai membesar
3. Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda bahaya pada masa kehamilan perlu diketahui
oleh ibu hamil terutama yang mengancam keselamatan ibu maupun janin yang
dikandungnya. Sesuai dengan program di puskesmas, minimal yang perlu diketahui
klien di masyarakat untuk, mengenal tanda bahaya kehamilan yaitu perdarahan
yang keluar dari jalan lahir, hiperemis, pre-eklampsia dan eklampsia, ketuban
pecah dini, dan gerakan janin yang tidak dirasakan (Salmah, 2006).
Tanda-tanda bahaya
kehamilan (Depkes, Unicef, 2000) adalah sebagai berikut:
a. Muntah terus menerus dan tidak bisa makan
b. Perdarahan
dari jalan lahir
c. Keluar banyak cairan dari jalan lahir sebelum waktu
melahirkan tiba
d. Tidak ada gerakan bayi di dalam perut pergeraka berkurang.
e. Tekanan
darah meningkat
f. Rasa
nyeri hebat di perut
g. Pembengkakan di bagian tubuh terutama di kaki, pandangan
kabur, dan sering sakit kepala
h. Demam, suhu tubuh lebih dari 38 0C
4. Cara Memelihara Kehamilan
Cara Memelihara Kehamilan (Depkes,
Unicef, 2000) adalah sebagai berikut:
a. Memeriksakan diri ke petugas kesehatan minimal 4 kali
selama kehamilannya.
b. Minum tablet tambah darah untuk mencegah kurang darah,
paling sedikit 1 kali selama 90 hari selama kehamilan, dan melaksanakan
secepatnya mungkin setelah kehamilan diketahui.
c. Mendapat imunisasi tetanus toksoid (TT) 2 kali sebelum
umur kehamilan 8 bulan.
d. Menggosok gigi 2 kali sehari sesudah sarapan pagi dan
sebelum tidur malam dengan menggunakan pasta gigi.
e. Merawat dan memijat payudara setelah usia kehamilan 7
bulan, agar ASI-nya banyak.
f. Cukup istirahat dan tidak boleh bekerja terlalu berat.
g. Untuk ibu hamil di daerah endemik gondok, ibu hamil perlu
minum 1 kapsul minyak beryodium menurut petunjuk petugas kesehatan.
h. Makan 1-2 porsi tambahan setiap harinya, diusahakan
makanan terdiri dari lauk-pauk, sayuran, buah-buahan, dan gunakan garam
beryodium.
i. Ibu hamil yang sehat bertambah berat badannya minimal 8
kg selama kehamilan. Pada saat usia kehamilan di atas 7 bulan, pertambahan berat
badan paling tidak 3 kg.
B. Tinjauan Umum Tentang Antenatal Care
1. Pengertian
Antenatal Care
Antenatal
care adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu
menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar (Yasin Setiawan, 2006).
Pemeriksaan antenatal care adalah pemeriksaan dan pengawasan kehamilan untuk
mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu
menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2010).
2. Tujuan
Antenatal Care
Menurut Abdul Bari Saifudin (2002),
bahwa tujuan antenatal care adalah
sebagai berikut:
a. Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,
sosial, dan bayi.
c. Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit
secara umum yaitu pembedahan dan kebidanan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar tumbuh dan berkembang secara normal.
Tujuan dari antenatal care menurut Manuaba (2010),
adalah sebagai berikut:
a. Mengenal sedini mungkin penyulit yang terdapat saat
kehamilan, persalinan, dan nifas.
b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan,
persalinan, dan nifas.
c. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian serta perinatal.
3. Kegiatan
Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care
Menurut Depkes RI (1994)
kegiatan dalam pemeriksaan dan pengawasan kehamilan meliputi:
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan
laboratorium
c. Intervensi
dasar
d. Intervensi
khusus sesuai kondisi
e. Memberikan
konseling atau pengetahuan
f. Motivasi ibu hamil agar dapat merawat diri selama hamil
g. Mempersiapkan
persalinannya.
Menurut Sarwono (2002), bahwa dalam
penerapan praktek sering dipakai standar minimal perawatan antenatal care yang disebut ”7T”, yaitu:
a. Timbang berat badan dan tinggi badan.
b. Ukur
tekanan darah
c. Ukur
tinggi fundus uteri
d. Pemberian
imunisasi TT lengkap
e. Pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama hamil
f. Tes
terhadap penyakit seksual menular
g. Temu wicara dan konseling dalam rangka rujukan.
4. Frekuensi
Kunjungan Antenatal Care
Selama
kehamilan keadaan ibu dan janin harus selalu di pantau jika terjadi
penyimpangan dari keadaan normal dapat
dideteksi secara dini dan diberikan penanganan yang tepat. Oleh karena itu ibu hamil diharuskan memeriksakan diri
secara berkala selama kehamilannya. Menurut Manuaba (2002), berdasarkan Standar
Pelayanan Kebidanan pemeriksaan kehamilan harus segera dilaksanakan begitu
diduga terjadi kehamilan, dan dilaksanakan terus secara berkala selama
kehamilan, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Ibu harus melaksanakan pemeriksaan antenatal paling
sedikit 4 kali.
b. Satu kali kunjungan pada trimester pertama.
c. Satu kali kunjungan pada trimester kedua.
d. Dua kali kunjungan pada trimester ketiga.
Penetapan standar 7T
harus dipenuhi dengan minimal 4 kali kunjungan dengan distribusi sekali pada
triwulan pertama, sekali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga
untuk melihat kualitas. Berdasarkan keteraturan kunjungan ibu hamil ini, cakupan
pelayanan antenatal dapat dievaluasi yang dikenal dengan K1 dan K4.
C.
Tinjauan
Variabel Penelitian
1.
Kunjungan K1 dan K4
K1 adalah kunjungan baru
ibu hamil dengan pelayanan 7T dan K4 adalah kunjungan ibu hamil yang dimulai
dari triwulan pertama 1 kali, triwulan kedua 1 kali dan triwulan ketiga 2 kali,
jadi pelajaran pelayanan yang tidak memenuhi standar 7T tersebut belum dapat
dianggap suatu pelayanan antenatal (Depkes RI, 2002: 14)
Bidan
memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal, pelayanan meliputi anamnesis
dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risiko tinggi atau
kelainan, khususnya anemi, kurang gizi, hipertensi, memberikan pelayanan
imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang
diberikan oleh Puskesmas. Bidan harus mencatat data yang tepat pada setiap
kunjungan, bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang
diperlukan dan melakukan rujukan.
Standar
waktu perawatan kehamilan (ANC) tersebut ditentukan untuk menjamin waktu
pelayanan khususnya dalam memberikan kesempatan yang cukup dalam menangani
kasus resiko tinggi yang ditemukan
a. Tujuan pelayanan antenatal :
1) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan
mental ibu dan bayi dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan
proses kelahiran bayi.
2) Mendeteksi dan menatalaksana komplikasi
medis, bedah ataupun obstetri selama kehamilan.
3) Mengembangkan persiapan persalinan serta
rencana kesiagaan menghadapi komplikasi.
4) Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan
sukses, menjalankan puerperium normal, dan merawat anak secara fisik,
psikologis dan sosial (Mufdlilah, 2009: 7).
b. Jadwal pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan
sebagai berikut :
1) Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah
sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan.
2) Periksa ulang satu kali sebulan sampai
kehamilan 7 (tujuh) bulan
3) Periksa ulang dua kali sebulan sampai
kehamilan 9 (sembilan) bulan.
4) Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan
9 (sembilan) bulan.
5) Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan.
c. Tujuan pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil
adalah :
1) Tujuan Umum
Adalah menyampaikan seoptimal mungkin fisik
dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga
didapatkan ibu dan anak yang sehat.
2) Tujuan Khusus
a) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit
yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
b) Mengenali dan mengobati
penyakit-penyakit yang diderita sedini mungkin.
c) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
d) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari
dan KB, keamilan, pesalinan, nifas dan laktasi.
Pelayanan terkait dengan
antenatal hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak
dapat diberikan oleh dukun bayi, oleh karena itu setiap wanita hamil memerlukan
sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal yaitu :
a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14
minggu)
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara14-28
minggu)
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28-36
minggu dan sesudah minggu ke 36)
Pada setiap
kunjungan antenatal tersebut perlu didapatkan informasi yang sangat penting,
yaitu :
a. Kunjungan pertama trimester I (sebelum
minggu ke 14)
1) Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu
agar supaya hubungan penyelamat jiwa bisa dibina bilamana perlu.
2) Mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi atau
bersifat mengancam jiwa ibu.
3) Mencegah masalah seperti neonatal tetanus (imunisasi TT),
anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi.
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi yang cukup dan sesuai,
latihan, personal hygiene, istirahat dll)
b. Kunjungan kedua trimester kedua (sebelum minggu ke 28)
2) Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu
agar supaya hubungan penyelamat jiwa bisa dibina bilamana perlu.
3) Mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi atau
bersifat mengancam jiwa ibu.
4) Mencegah masalah seperti neonatal tetanus (imunisasi TT),
anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
5) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi.
6) Mendorong perilaku yang sehat (gizi yang cukup dan
sesuai,
latihan,
personal hygiene, istirahat dll)
7) Kewaspadaan khusus mengenai Preeklampsia induced Hypertension (PIH) atau preeklampsia karena
hipertensi dengan :
a) Tanya ibu tentang gejala PIH.
b) Pantau tekanan darahnya.
c) Evaluasi edemanya pada wajah dan tangan.
d) Periksa protein urine.
c. Kunjungan ketiga trimester ketiga (antara
minggu ke 28-36)
1) Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu
agar supaya hubungan penyelamat jiwa bisa dibina bilamana perlu.
2) Mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi atau
bersifat mengancam jiwa ibu.
3) Mencegah masalah seperti neonatal tetanus (imunisasi TT),
anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi.
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi yang cukup dan
sesuai, latihan, personal hygiene, istirahat dll)
6) Kewaspadaan khusus mengenai Preeklampsia induced Hypertension (PIH) atau preeklampsia karena hipertensi
dengan :
a) Tanya ibu tentang gejala PIH.
b) Pantau tekanan darahnya.
c) Evaluasi edemanya pada wajah dan tangan.
d) Periksa protein urine.
7) Palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada kehamilan
ganda atau tidak.
d. Kunjungan keempat trimester ketiga (setelah 36
minggu)
1) Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu
agar supaya hubungan penyelamat jiwa bisa dibina bilamana perlu.
2) Mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi atau
bersifat mengancam jiwa ibu.
3) Mencegah masalah seperti neonatal tetanus (imunisasi TT),
anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi.
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi yang cukup dan
sesuai, latihan, personal hygiene, istirahat dll)
6) Kewaspadaan khusus mengenai Preeklampsia induced Hypertension (PIH) atau preeklampsia karena
hipertensi dengan :
a) Tanya ibu tentang gejala PIH.
b) Pantau tekanan darahnya
c) Evaluasi edemanya pada wajah dan tangan.
d) Periksa protein urine.
7) Palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada
kehamilan ganda atau tidak.
8) Deteksi dini
bayi yang tidak normal atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di Rumah
Sakit dan persiapan rujukan.
Ibu hamil tersebut harus lebih sering dikunjungi jika
terdapat masalah dan ibu hamil hendaknya disarankan untuk menghubungi petugas
kesehatan bilamana ibu hamil merasakan tanda-tanda bahaya atau merasa khawatir
(Kusmiyati, 2009: 168).
2.
Umur
ibu
Menurut
Bambang M dalam kamus besar Bahasa Indonesia (Tahun 1999) umur adalah keadaan
lamnya manusia. Dimana umur merupakan salah satu factor yang berkaitan dengan
unsure-unsur manusia yang turut berperan
terhadap kondisi ibu maupun masyaraka tertentu. Berkaitan dengan masalah
kesejahteraan ibu dan anak terutama wanita dalam masa persalinan. Karena secara
psikologis menurut Edi Sulaeman dalam buku bacaan kesehatan reproduksi (2002)
usia seorang wanita yang masih terlalu muda untuk hamil mengakibatkan uterus
tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik sebaliknya seorang wanita dalam
usianya yang semakin tua akan mengakibatkan suatu proses penurunan fungsi fisiologis tubuh termasuk organ-organ reproduksi
antara lain akan memicu terjadinya penurunan elastisitas serta kontraksi
otot rahim.
Usia
ibu hamil terlalu muda (< 20 tahun) dan
terlalu tua (> 35 tahun)
mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi kurang sehat. Hal ini
dikarenakan pada umur dibawah 20 tahun,
dari segi biologis fungsi reproduksi
seorang wanita belum berkembang dengan sempurna untuk menerima keadaan janin
dan segi psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban moril, mental dan
emosional, sedangkan pada umur diatas 35 tahun dan sering melahirkan, fungsi
reproduksi seorang wanita sudah mengalami kemunduran atau degenerasi
dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk
terjadinya komplikasi pasca persalinan
terutama perdarahan lebih besar. Perdarahan post partum yang
mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang melahirkan pada umur
dibawah 20 tahun, 2-5 kali lebih tinggi daripada perdarahan post partum yang
terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan post partum meningkat kembali setelah
usia 30-35 tahun (Wiknjosastro H,
2008 : 233).
3.
Paritas
Menurut Helen Varney dalam
buku saku bidan ( 2001) paritas adalah jumlah kehamilan yang diakhiri dengan
kelahiran janin yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan atau pada
usia kehamilan lebih dari 28 minggu dan berat badan janin mencapai lebih dari
1000 gram. Frekuensi melahirkan yang sering dialami oleh ibu merupaka suatu keadaan yang
dapat mengakibatkan endometrium menjadi cacat dan sebagai akibatnya dapat
terjadi komplikasi dalam persalinan.
Paritas
2 sampai 3 kali merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.
Resiko pada paritas 1 sampai 3 dapat ditangani dengan asuhan obstetric yang
lebih baik, sedangkan resiko tinggi (lebih dari 4 kali) dapat dikurangi atau
dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi
adalah tidak direncanakan (Wiknjosastro H, 2008 hal 233).
4.
Pendidikan
a. Pengertian
Dalam kamus bahasa
Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik) yaitu memelihara
dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai ahlak dan kecerdasan pikiran,
sedangkan pendidikan mempuyai pengertian proses mengubah sikap dan tingkah laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan, proses perbuatan dan cara mendidik. Ki Hajar Dewantara
mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti,
pikiran, serta jasmani, agar dapat memajukan kesempatan hidup (Poerwardarminta, 2001).
b. Jalur pendidikan
Jalur pendidikan
merupakan wahana yang dapat dilalui untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan
yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang dikelompokkan menjadi 3 jalur yaitu :
1) Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang
diselenggarakan disekolah-sekolah pada umumnya, jalur pendidikan mempunyai
jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah
sampai pendidikan tinggi.
2) Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal paling banyak terdapat pada usia
dini, serta pendidikan dasar seperti TPA, berbagai kursus seperti musik,
bimbingan belajar, dan sebagainya.
3) Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
c. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan
adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan,
pendidikan di Indonesia mengenal 3 jenjang pendidikan yaitu :
1) Pendidikan dasar (SD/MI/paket C dan SLTP/MTS/ paket B)
2) Pendidikan menengah (SMU/SMK)
3) Pendidikan tinggi (S1, S2, S3).
d. Sistem Pendidikan
Dalam pengertian
umum, yang dimaksud dengan sistem adalah jumlah keseluruhan dari
bagian-bagiannya yang saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan
berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap sistem pasti mempunyai
tujuan dan semua kegiatan dari semua komponen atau bagian-bagiannya diarahkan
dari tercapainya tujuan tersebut. Karena itu proses pendidikan merupakan sebuah
sistem yang disebut sebagai sistem pendidikan.
Secara teoritis,
suatu sistem pendidikan terdiri dari komponen-komponen atau bagian-bagian yang
menjadi inti dari proses pendidikan, adapun komponen atau faktor-faktor
tersebut terdiri dari :
1) Tujuan
Tujuan disebut juga cita-cita pendidikan yang berfungsi
untuk memberi arah terhadap semua kegiatan dalam proses pendidikan.
2) Peserta Didik
Fungsinya adalah sebagai obyek yang sekaligus sebagai
subyek pendidikan. Sebagai obyek peserta didik tersebut menerima perlakuan-perlakuan
tertentu, tetapi dalam pandangan pendidikan moderm peserta didik lebih dekat
dikatakan sebagai subyek atau pelaksanaan pendidikan.
3) Pendidik
Pendidik berfungsi sebagai pembimbing pengaruh untuk
menumbuhkan aktivitas peserta didik dan sekaligus sebagai pememgang tanggung
jawab terhadap pelaksanaan pendidikan.
4) Alat Pendidikan
Maksudnya adalah sebagai sesuatu yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan yang berfungsi untuk mempermudah atau
mempercepat tercapainya tujuan pendidikan.
5) Lingkungan
Maksudnya lingkungan sekitar yang dengan sengaja
digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan. Lingkungan berfungsi sebagai
wadah atau lapangan terlaksanaya proses pendidikan (Hasbullah, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Andra, 2007. Angka Kematian Ibu di
Indonesia Masih Tinggi. (http://www,Hidayatullah.com/indeks, tanggal
26 September 2011
Bagian Rekan Medik, 2010. Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Layang Kota Makassar. Makassar
Bambang M. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua.
Balai Pustaka, Jakarta
Bobak,
Lowdermilk. (2004). Buku
Ajaran Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta: EGC.
Cony Marshall, 2000. Kehamilan. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/ Online, diakses tanggal 10
September 2011.
Depkes RI, 2000, Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta
Depkes RI, 2010. Cakupan
Pelayanan Kesehatan Antenatal dan Imunisasi Tetanus Toxoid Kepada Ibu. http: //www.depkes.go.id/downloads Online, diakses
tanggal 8 September 2011.
Eko
Budiarto.2002. Biostatistik
Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta
Mandriwati G.A, 2008. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. EGC, Jakarta
Mansjoer
Arif. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran. Media Aesculapius, Jakarta
Manuaba, I, Gde, Bagus, 2002. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri, Ginekologi dan KB. Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta.
Mary Noland, 2003. Proses Terjadinya Kehamilan. http://www.docstoc.com Online, diakses
Wikipedia,
2008. Proses Kehamilan.
http://ronaldoedi.wordpress.com Online, diakses tanggal 8 September 2011
Wiknjosastro Hanifa. 2008.
Ilmu Kebidanan. YBP-SP, Jakarta
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar